Manfaat Belajar Matematika HOTS Untuk Masa Depan Siswa

By: Alef Indonesia 26 Aug 2022

Sebagian besar kita belajar memahami pembagian antar pecahan dengan alur penyelesaian sebagai berikut:

  1. Balikkan pembagi (pecahan di sebelah kanan), pembilang menjadi penyebut, begitu pula sebaliknya.
  2. Ubahlah tanda bagi di antara kedua pecahan.
  3. Lakukan perkalian antara kedua pecahan.

Namun tidak banyak dari kita yang bertanya secara kritis mengapa kita melakukan ketiga langkah di atas dalam menyelesaikan soal pembagian antar pecahan. Mengapa pembagian yang seharusnya memperkecil nilai suatu bilangan berubah menjadi perkalian yang memperbesar nilai bilangan tersebut jika pembaginya merupakan pecahan?     

Simak ilustrasi sebagai berikut:

Soal berikutnya:

Perhatikan soal berikut:

Apakah sudah terbaca polanya ?

Bila dengan ilustrasi gambar cukup memakan waktu, maka ada pilihan untuk membuatnya lebih ringkas yakni dengan mengkalikan silang antara pembilang dan penyebutnya, seperti gambar di samping ini.

Perhatikan soal sederhana berikut:

Disederhanakan menjadi:

Cara kedua adalah bagi pembilang dengan pembilang dan penyebut dengan penyebutnya, seperti soal berikut ini.

Jika kita perhatikan, cara pemecahan menggunakan gambar tadi memperoleh hasil yang sama dengan metode hafalan yang mengajarkan kita untuk membalik pecahan pembagi dan mengubah operator menjadi “kali”. Namun kelebihan yang kita peroleh dengan cara yang kedua adalah kita memperoleh gambaran mental atau mental image mengenai mekanika dibalik pembagian dengan pecahan yang berlaku “terbalik” dari pembagian bilangan bulat yang kita pahami secara umum sebelumnya.  Inilah salah satu ilustrasi sederhana proses kritis terhadap metode hafalan dan mengingat yang menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam dan potensial untuk diterapkan dalam masalah numerasi lainnya.

Salah satu cara memahami konsep matematika adalah menuangkan konsep tersebut dalam suatu model entah itu model berupa gambar dua dimensi ataupun bentuk tiga dimensi dengan berbagai alat peraga. Intinya adalah menggunakan sarana untuk mempermudah proses imajinasi sehingga pendekatan menuju solusi permasalahan juga diharapkan menjadi lebih mudah.

HOTS (Higher Order Thinking Skill) atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi adalah bagian dari reformasi pendidikan yang dibangun berdasarkan konsep pembelajaran yang telah ada dan populer sebelumnya seperti taksonomi Bloom (1956, versi revisi 2001). Taksonomi Bloom menilik proses pembelajaran dari aspek kognitif, afeksi dan psikomotor, sedangkan HOTS menekankan pada kemampuan berargumen, kreativitas, berpikir kritis, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan demikian dari lensa taksonomi Bloom, HOTS dipandang sebagai kemampuan tingkat lanjut atau tinggi. HOTS menekankan bahwa aspek kognitif dalam jenis pembelajaran tertentu perlu mendapatkan penekanan, namun demikian pembelajaran harus juga memiliki manfaat yang bersifat umum. HOTS tergolong lebih sulit untuk dipelajari dan diajarkan namun sangat bermanfaat bagi siswa dalam menghadapi situasi-situasi yang baru dan berbeda dengan konteks dimana keterampilan itu semula dipelajari atau dengan kata lain, melatih HOTS memungkinkan siswa untuk terbiasa dan mahir berpikir out of the box.

Sebagai keterampilan berpikir yang sangat adaptif dan kreatif, maka sudah barang tentu HOTS harus dibentuk dalam kesiapan infrastruktur dan sistem pendidikan yang berbeda dan lebih baik. Para pendidik perlu mengintegrasikan dan mengekspresikan HOTS dalam aktivitas keseharian mereka sendiri sebelum dapat melatih dan membentuk HOTS dalam diri peserta didik secara efektif. Pendidik dan satuan pendidikan tidak akan dapat mewujudkan HOTS secara maksimal dan efektif jika mereka tidak menjadikan HOTS sebagai DNA dan jatidiri mereka terlebih dahulu. Sebagai ilustrasi praktis, sekolah/madrasah tidak akan dapat memberikan ujian atau soal-soal tipikal HOTS jika mereka tidak mengajarkan HOTS terlebih dahulu dalam pembahasan setiap bidang studi. 

Sama seperti HOTS dalam aspek keilmuan lainnya, HOTS dalam pelajaran matematika akan mengedepankan berbagai persoalan numerasi yang tidak dapat dijawab secara sederhana atau secara low level thinking. Para siswa tidak dapat memecahkan persoalan atau memberikan jawaban berupa salinan suatu kata, pernyataan atau menggunakan rumus yang telah dihafalkan dari buku-buku pelajaran. Sebaliknya, mereka akan diminta secara kreatif memanfaatkan hal-hal yang telah diingat dan langkah-langkah penyelesaian atau algoritma yang telah dipahami untuk mendukung suatu opini atau argumen berkaitan dengan persoalan yang dihadapi. Pertanyaan-pertanyaan seperti :

  • “Menurut kamu apakah yang akan terjadi selanjutnya …”
  • “Apa sajakah hasil yang mungkin diperoleh …”
  • “Menurutmu mengapakah demikian?”
  • “Dalam hal apa sajakah prinsip ini dapat diterapkan?”
  • “Apa yang menyebabkan perubahan tersebut?”
  • dan lain sebagainya,

akan memberikan tantangan tersendiri bagi para siswa untuk memberikan jawaban maupun bagi para pendidik untuk merumuskan berbagai pertanyaan dengan karakteristik HOTS. 

Baik siswa maupun tenaga pendidik akan dipacu untuk mempersiapkan diri, berinteraksi, bahkan bereksperimen dengan berbagai masalah dalam fenomena keseharian yang menuntut kemampuan untuk tidak sekedar menghafal teks, formula, atau teorema tertentu namun juga menggunakan semua hal tadi untuk melakukan analisa, memaknai setiap proses dan hasil kalkulasi menjadi suatu informasi yang dapat mempengaruhi penilaian atas suatu kejadian (evaluasi) atau bahkan merumuskan hal-hal yang baru.

Berkaitan dengan karakteristik HOTS, para tenaga pendidikan maupun peserta didik memiliki  peranan yang sama pentingnya dalam mensukseskan proses reformasi pendidikan sebagaimana yang telah dicanangkan Kemdikbud dalam menjawab tantangan globalisasi dan kemajuan zaman seperti era industri 4.0 serta berbagai disrupsi, perubahan dan ketidakpastian yang terjadi secara global. Sehingga diharapkan nantinya para siswa mendapatkan manfaat dari belajar matematika yang akan berdampak untuk keberlanjutan dinamika ekonomi, bisnis dan industri dalam hitungan beberapa tahun ke depan, dan para siswa siap untuk memainkan peranan dalam dinamika nasional dan global tersebut.

Menyadari pentingnya soal HOTS bagi peningkatan kualitas guru dan siswa di sekolah/madrasah, Platform Alef hadir dengan minimal satu soal HOTS di setiap nomor kartunya. Dengan hadirnya platform online matematika dari Alef Education diharapkan model pendidikan berbasis teknologi di Indonesia saat ini bisa berkembang lebih baik. Platform Alef sendiri dibuat berdasarkan kurikulum pembelajaran di Indonesia dan sesuai juga dengan kurikulum merdeka dengan menerapkan metode Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan) dan mudah digunakan oleh untuk siswa maupun guru. Mendukung situasi apapun (online/daring, offline/tatap muka, dan pembelajaran campuran), dapat diakses dimana saja, juga dilengkapi video menarik dan kuis interaktif. Pelajaran matematika kini jadi lebih menarik, sederhana dan intuitif. Anda guru matematika madrasah tapi belum menerapkan platform Alef di kelas anda? segera dapatkan kode akses madrasah anda melalui alef.co.id atau Alef Success Coach di wilayah Anda.

Bagikan artikel ini

BACA ARTIKEL LAINNYA

Tips Belajar Matematika agar Mudah Memahami Soal HOTS